Di hari ke 3 saya sudah punya rencana dengan salah seorang teman yang bekerja sebagai guru di pulau ini. Hari ini rencananya saya akan ikut ke sekolah tempat teman saya mengajar. Pikir saya, saya ingin mencoba untuk mengajar disana. Namun sayangnya acara pada hari tersebut hanyalah ujian pemantapan UN dari Pemerintah Propinsi. Sehingga kerjaan saya disana hanya duduk, makan snack yang disediakan, dan mengobrol sedikit. Sekolah ini sangat jauh dari saya menginap. Terletak diatas bukit dengan jalan aspal yang rusak dan naik turun. Kira-kira butuh waktu 40 menit menuju kesana. Itupun teman saya yang sudah lihai membawa motor dan tahu medan. Mungkin butuh waktu 1 jam untuk saya mencapai tempat itu sendirian. Saya tidak bisa membayangkan bila harus menjadi guru di
tempat seperti ini.
Jajan tradisional dan segelas Energen😀 |
Pulang dari “main” di sekolah saya langsung bersiap-siap untuk menjelajah bagian lain dari Nusa Penida yang hanya berpedoman pada peta. GPS tidak bisa dipakai karena jaringan yang buruk. Kami memutuskan untuk mengunjungi Pasih Uug yang berarti Pantai Rusak. Mungkin karena karang yang berlubang di tengahnya maka disebut dengan Pasih Uug, pikir saya saat itu. Perjalanan kali ini memakan waktu yang cukup panjang. Sekitar 2 jam perjalanan dengan sepeda motor dengan kecepatan sedang sekitar 60-70 km/jam. Tidak lupa, kami memakai sunblock karena teriknya matahari dan beberapa perbekalan seperti air minum dan makanan kecil.
Jangan membayangkan perjalanan menuju Pasih Uug akan terdapat banyak papan penunjuk arah. Tidak, sama sekali tidak. Berkali-kali kami bertanya pada penduduk setempat harus kearah mana kami pergi untuk melihat Pasih Uug. Tak terhitung pula kami berjalan berlainan arah dengan tujuan karena informasi salah yang didapat. Namun pada akhirnya memang sampai juga, setelah ditebus dengan perjalan yang sangat panjang dengan jalan yang sangat uug alias sangat rusak. Tidak ada aspal, hanya jalan tanah. Jalan tanah inipun tidak mulus, banyak sekali batu keras seperti karang sehingga berkali-kali bagian bawah motor terantuk batu.
Dalam perjalanan ke Pasih Uug inilah kami akhirnya menyadari kenapa daerah Pasar Senggol yang kami kunjungi di hari sebelumnya disebut dengan “kota” oleh penduduk. Berkali-kali saya berkata pada teman saya bahwa saya tidak habis pikir kenapa ada orang yang tinggal di daerah sekitar sini. Jauh dari segalanya, jarak rumah yang satu dengan yang lain berjauhan, tidak ada supermarket atau tempat hiburan . Namun siapa tahu bahwa orang-orang yang tinggal di daerah sini lebih bahagia daripada saya yang tinggal di kota dengan segala kemudahan dan fasilitas yang ada.
Perjalanan menuju Pasih Uug. Aku rindu ASPAL !!! |
Akhirnya sampai juga di tempat tujuan : Pasih Uug. Tidak ada kata lain yang keluar dari mulut saya selait kata-kata kagum. Sungguh, indah, bagus sekali, nyaman. Tidak ada orang disana, selain saya dan teman saya. Terkadang ada penggembala sapi yang lewat. Saya tidak bisa mendeskripsikan kata apa yang tepat untuk tempat yang tersembunyi ini. Mungkin ini bagian kecil dari keindahan surga yang tersembunyi dan belum dieksplor. Butuh kesabaran untuk menikmati pemandangan ini. Namun semua kesulitan perjalanan kami terbayarkan sudah.
Air yang jernih bikin pengen terjun😀😀😀 |
Bagian lain dari Pasih Uug |
Deburan ombak yang menatap karang |
Welcome to Paradise…😀😀 |
Penggembala dan sapi-sapinya |
Seems like in Ireland…LOL |
Kami memutuskan kembali ke “kota” sebelum hari gelap karena tidak ada lampu sepanjang perjalanan. Sebenarnya di jalan lain menuju kotapun tidak ada lampu penerang jalan. Hanya saja ini lebih horor rasanya bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kami ada di suatu tempat yang entah dimana alias middle of nowhere hahaha😀. Pasih Uug adalah salah satu tempat yang harus dikunjungi ketika ada di Nusa Penida. Meskipun adanya keterbatasan papan penunjuk, masih ada banyak orang yang bisa ditanyai jalan untuk menuju kesana. Penduduk setempat dengan senang hati akan memberi tahu arah menuju Pasih Uug.
Kami memutuskan untuk mampir dan bermain ke Pelabuhan Toya Pakeh sebelum kembali ke penginapan. Dalam pikiran saya ketika pergi menuju Pasih Uug saya bisa berenang. Namun ternyata tidak. Alhasil saya jadi berenang di pinggiran pantai di pelabuhan. Jangan salah, meskipun di pinggir pantai pelabuhan, airnya sangat jernih. Bisa melihat ikan dan karang di dasar dengan mata telanjang. Disini kami memesan beberapa makanan dan minuman sambil menunggu sunset.
Rujak Buah |
Es kelapa Muda |
Sunset di Toya Pakeh |
That girl is me😀 |
Banyak sekali terdapat pedagang makanan dan minuman disini. Apa saja ada, dan harganya masih normal untuk turis lokal, tidak ada scam. Sepiring rujak, segelas es kelapa muda dan 1 donat hanya dihargai 13.000 saja. Oya, teman saya memesan ikan bakar seharga 30.000.
Berikut, total pengeluaran pada hari ke-3:
Makan siang : 19.000
Makan sore : 13.000
Bensin : 10.000
Sub Total : 42.000
0 komentar:
Post a Comment