Hari kedua kami berencana untuk membantu pekerjaan di wisma yayasan yang ada di atas. Atas yang dimaksud disini karena letaknya yang ada di bukit. Jangan mengharap jalan aspal yang mulus karena jalan menuju wisma ini masihberupa jalan tanah tapi pemandangannya sangat luar biasa! Ada di suatu titik dimana kita bisa melihat laut dan Pulau Bali dari atas. Berkali-kali saya berhenti di spot ini setiap kali akan atau pulang dari wisma.
![]() |
Pemandangan dari atas bukit menuju wisma. |
Di wisma ini terdapat 2 macam penginapan. Satu berbentuk dorm yang berisi 8 orang dan penginapan seperti gambar diatas dimana satu gubuk berisi dua bed. Gubuk ini cukup nyaman dan punya beranda di bagian belakangnya. Karena letaknya ada di perbukitan, disediakan juga tirai yang dipasang di tempat tidur supaya tidak digigit nyamuk mungkin. Jalan setapak ini sangat saya senangi karena di kanan dan kiri jalan ditanami tumbuhan yang menarik untuk difoto, serta jalannya diisi dengan coral dari pantai.
![]() |
Jalan setapak di wisma menuju dapur. Gambar di sebelah kanan adalah penginapan yang disediakan oleh yayasan. |
![]() |
Bilik kamar mandi di setiap 2 gubuk |
Saat kami kesana, kami membantu sedikit pekerjaan tukang bangunan yang sedang membangun dorm dan wantilan. Tidak ada satu jam kami menyingkirkan sisa kayu bekas pakai dalam mengerjakan bangunan, tapi lelah dan keringatnya bercucuran. “You look likes dying,” celetuk teman saya. Dari kejadian ini saya sangat bersyukur bahwa pekerjaan saya tidak mengandalkan fisik. Mengandalkan fisik iya jelas, tetapi lebih menggunakan otak. Coba kalau saya suruh jadi tukang bangunan, mungkin saya sudah nangis darah . Sudah capek, uang yang didapat tidak seberapa. Itu pelajaran pertama yang saya dapat hari kedua di pulau ini.
Selesai memindahkan kayu, kami pindah keruang dorm. Disana, kami melihat bapak tukang yang membuat tembok semen menjadi sesuatu yang tidak biasa. Dinding semen itu ditutup menggunakan semen putih dan diberi pewarna kuning dan cokelat. Sedikit penasaran kenapa tidak dicat seperti biasa, ternyata mereka mau membuatnya terlihat seperti batu marmer. Jadi tidak perlu membeli batu marmer, tetapi membuatnya sendiri. Sembari menunggu kuas, kami memperhatikan cara mereka bekerja. Ini mengingatkan saya ketika dulu membangun rumah sendiri. Saya membantu Ayah saya yang hasilnya adalah berantakan :D:D:D.terus memperhatikan, malah menemukan obyek foto yang bagus. Entah kenapa, bagi saya foto ini unik, tanpa ada edita apapun sebelumnya. Perpaduan biru, merah, kuning, dan orang yang sedang bekerja.
![]() |
I saw something different |
Ketika melihat mereka bekerja dan berkreasi dengan warna terlihat mudah sekali. Namun giliran kita mencoba sangat susah sekali. Hahahaha, tidak semudah yang dibayangkan. Tidak lama kami membantu di bagian ini. Kami bergegas mencari makan siang di dekat Pura Dalem Ped. Di depan Pura ini berjajar warung makan yang rata-rata menyediakan menu nasi campur. Karena laparnya, nasi campur rasanya sungguh enak sekali. Rata-rata harga makanan satu porsi adalah 10rb-12rb.
![]() |
Nasi Campur |
Setelah selesai makan kami nongkrong sebentar di pinggir pantai. Kami cari tempat yang teduh. Entah kenapa siang itu terasa sangat bahagia untuk saya. Rasanya bebas, memandangi lautan lepas yang biru, suasana yang tenang dan meredam stress saya seketika. Sebenarnya stress yang seperti apa juga saya kurang tahu persisnya seperti apa. Well, saya akan berbagi beberapa foto “tempat nongkrong” saya dan teman saya siang itu! Check these out :D!
![]() |
Gunung tertutup awan, namun tidak sengaja lensa saya menangkap burung yang sedang terbang |
![]() |
Pintu ranting menuju pantai |
![]() |
I am pretty sure that everyone who sit there feels so good. This place is right in the side of the main road in Nusa Penida |
![]() |
Finding object, again…. |
Pas lagi tenang-tenangnya duduk menikmati pemandangan dan mendengarkan musik, teman saya ini heboh. Heboh karena dia melihat obyek yang mengambang dan bergerak-gerak karena ombak. Saya sendiri butuh waktu yang lama menangkap obyek ini. Menariknya, di bawah papan triplek tempat si Mr. Krab berada, ada banyak ikan yang berenang. Obyek lainnya lagi saya melihat ikan pesut warna hijau yang berenang. Pelajaran kedua hari itu, melihat hal-hal yang sederhana bisa membuat saya bahagia. Mungkin pemandangan seperti ini dianggap biasa oleh sebagian orang, tapi bagi saya ini adalah pemandangan yang jarang saya temui. Sehingga saya merasa senang:D. Lebay yah :D:D:D
Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore lebih, kami bergegas kembali ke yayasan di atas. Kali ini kami akan membantu sedikit pekerjaan di kebun. Eits, foto dibawah ini bukan buat gaya-gayaan tapi sungguh saya bekerja mencangkul disana. Memang lahan yang ada tidak terlalu luas. Tanahnya pun kering, karena memang sulit air disana. Karena tanahnya yang kering, maka staff disana sering mencangkul tanahnya agar sedikit gembur dan tanaman tidak cepat mati.
![]() |
Salah seorang staff, Pak Kadek. Beliau ini lucu dan ramah. |
![]() |
Siput diantara kacang koro yang dipanen sore itu |
Selesai mencangkul dan mengairi tanaman, kami segera kembali ke wisma. Waktu perjalanan pulang, kami bertiga berhenti sebentar karena ada burung Jalak Bali yang hinggap di salah satu pohon. Perlu diketahui bahwa spesies ini termasuk dalam spesies burung yang dilindungi. Sayangnya saat itu saya tidak sedang memakai kacamata sehingga tidak tampak begitu jelas. Ketika kembali ke wisma, kami menyempatkan diri berbincang-bincang sebentar dengan Pak Bayu, pendiri dari yayasan ini. Cukup banyak ilmu yang kami dapatkan sore itu mengenai Bali dan pariwisata yang selama ini memang belum kami berdua ketahui. Beliau sangat ramah kepada volunteer, dan tidak segan berbagi cerita kepada yang lebih muda.
![]() |
Pak Bayu, founder FNPF |
Karena hari telah sore, saya tidak mau melewatkan sunset pada hari kedua di Nusa Penida. Kami berdua pamit kepada Pak Bayu dan berjanji untuk datang lagi esoknya. Teman saya ingin bird watching pada pagi hari dan sudah meminta ijin untuk meminjam binocular. Sore itu kami bergerak menuju Pelabuhan Toya Pakeh, lebih tepatnya pelabuhan untuk Kapal Maruti. Tidak banyak orang yang datang kesana, hanya beberapa pemuda setempat dan 2 orang turis selain kami. Jadi apa yang kami dapatkan selama di pelabuhan? Sunset? Tidak. Kami tidak dapat memotret perfect sunset sore itu. Namun yang kami dapatkan lebih dari keindahan sunset seperti biasanya.
Pelajaran ketiga hari ini : Terkadang yang kita cari belum tentu kita bisa dapatkan, namun Tuhan menggantinya dengan hal lain yang bahkan tidak terkira dalam pikiran kita. Kita bisa lihat dua pemandangan berbeda dalam satu waktu seperti berikut
![]() |
Sebelah kiri |
![]() |
Sebelah kanan |
![]() |
Semburat matahari terpantul di air |
:
Karena saya adalah guru matematika, yang terlintas di pikiran saya saat melihat kejadian alam ini adalah garis lurus yang terbentuk oleh pancaran sinar matahari dan hukum pencerminan dari langit sebagai sumbu x positif terhadap air laut sebagai sumbu x negatif dengan atmosfer sebagai sumbu pencerminannya :D:D:D.
Bagi saya, meskipun sore itu gagal melihat perfect sunset, namun apa yang telah saya lihat lebih indah dari biasanya
Biaya Pengeluaran Hari kedua :
Makan Siang :20.000
Makan Malam : 8.000
Sewa motor : 100.000 (4 hari)
Total : Rp 128.000